Rabu, 26 Agustus 2015

Menguatkan Peran Keluarga dalam Melindungi Anak*
Sabtu, 20 Jun 2015 - 09:04 WIB
Oleh: Untung Dwiharjo
Pemerhati  Pendidikan, Lulusan  Fisip Unair dan   Staf  Litbang   YDSF  Surabaya
Memprihatinkan. Itulah barangkali yang kata yang tepat untuk  menggambarkan  kondisi  keluarga, utamanya keluarga  di Indonesia.  Melihat  pemberitaan  di media  misalnya   ayah kandung memperkosa  anak sendiri, seorang anak  membunuh kedua orang tuanya hanya karena perkara sepele,  bunuh  diri satu keluarga,  seorang anak gantung diri  serta  yang paling mengembarkan  adalah kasus  penelantaran 5 orang anak oleh kedua orang tuanya beberapa waktu yang lalu  dan  dan yang terbaru adalah  kasus meninggalnya   Angeline, anak  yang berumur 8 tahun   yang justru di temukan di rumah  ibu angkatnya.
Peristiwa-peristiwa tersebut  membuat  hati merasa miris dan  bertanya  dimana  peran  keluarga  dalam  membina  anak   dan  melindungi  generasi penerus bangsa (anak)?.
Diakui  memang  semenjak  tahun  1990-an  terutama  semenjak  era internet dan perkembangan Iptek  ada pergeseran peran  keluarga.
Secara  teoritis  ada banyak  peran atau fungsi  keluarga: (1)  Peran  keagamaan, (2) Peran sosial budaya, (3) Peran cinta kasih, (4) Peran  pelindungan  atau  proteksi, (5)  peran reproduksi, (6) Peran  sosialisasi  dan pendidikan. (7) Peran ekonomi,  serta  Peran  pembinaan lingkungan (Yaumil Achir, 1994).
Dari banyak  fungsi   keluarga itu  banyak  pergeseran  peran keluarga. Misalnya  fungsi keagamaan  diwaktu  dulu seperti era 80 an  banyak keluarga  di Indoensia  waktu habis  magrib  ada  banyak  rumah   melantunkan ayat suci Alquran (tilawah), sebaliknya sekarang banyak  rumah  banyak  habis  magrib  langsung  menonton  TV   baik orang tua maupun anak-anak.
Peran keluarga  dalam sosialisasi dan pendidikan dan cinta kasih  juga mengalami pergeseran. Kasus  penelantaran  5  anak kandung oleh kedua orang tuanya yang terjadi di Bekasi dan kasus   meninggalnya  Angeline  di rumah Ibu angkatnya di jalan Sedap Malam-Sanur Bali  seakan mengkonfirmasi hal itu.
Adanya   game online, play station, serta internet juga  nampaknya telah menggeser  fungsi sosial budaya  keluarga. Sehingga ada pakar  yang berpendapat  bahwa di era modern ini  keluarga  hanya berperan  sebagai sarana  reproduksi  dan  peran ekonomi yang kira-kira masih  lestari  sampai sekarang. Sedangkan  fungsi  lainnya telah digantikan oleh   lembaga lain dan Iptek.
Efek  Globalisasi
Dalam  abad  globaliasi  yang mendunia ini, dimana batas-batas tempat,  ruang dan waktu  hampir  tidak ada. Perubahan  peran  keluarga  berakibat  pada pergeseran  perubahan struktur  dan proses dalam keluarga. Di Indonesia menurut seorang Sosiolog Universitas Indonesia (Wirutomo, 1994) terjadi  beberapa gejala  dalam keluarga  yang menggerus peran keluarga  dalam membangun bangsa (baca: melindungi  anak). Gejala  tersebut  adalah   munculnya fenomena keluarga kecil.
Gejala  ini  terutama  terjadi pada kelurga muda  dimana jumlah anak mereka  satu atau  dua saja.  Selanjutnya akibat globalisasi terhadap keluarga  berupa munculnya  “kepincangan struktur.” Kepincangan  struktur tersebut  ditandai munculnya gejala  single parent  family terutama oleh angka  perceraian di Indoensia  menjukan gejala peningkatan.
Menurut Featherstone  meningkatnya  perceraian  tidak dapat secara langsung dijadikan kebangkrutan  lembaga keluarga  tetapi sekadar  suatu krisis dari daya tahan keluarga.  Selain itu  sekarang juga muncul  gejala   “keluarga berkarir ganda” Dimana  banyak   rumah  tangga   bekerja   di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan keluarga  atau membantu  penghasilan suami.
Menurut  angket  majalah  Femina sebagian  besar  wanita yang bekerja sebagai pelaksana (57 %),  memilih bekerja  di swasta (57 %)  di sektor pemerintah (33 %), wiraswasta  (8 %). Sehingga sekarang marak  taman penitipan anak (TPA)  di kota besar  seperti di Jakarta dan Surabaya.

Merajut Kembali Peran keluarga  
Dalam  era  dimana  serbuan  dari luar   demikian gencar  menerpa keluarga dewasa ini  dengan ancaman  negatif  seperti pornografi dan  narkona serta sex bebas yang  dari hari hari makin mencemaskan  pengaruhnya  terhadap kelauarga.  Diperlukan langkah–langkah penguatan  peran  keluarga  dalam membangun  bangsa.
Seharusnya sejak  dini dalam keluarga ditanamkan salah satu   perintah  dalam Alquran  dimana  berbunyi : jagalah  dirimu dan  keluarga mu dari siksa api  neraka.  Apabila   doktrin itu sudah tertanam   dalam anggota  seluruh  keluarga  maka   penulis yakin bahwa seluruh tindakan  seluruh anggota  keluarga  akan berlomba-lomba dalam kebajikan. Keluarga akan  menjadi  keluarga yang harmonis.
Operasionalisasi dari perintah  itu misalnya  dalam keluarga  ada acara beribadah bersama,  memilih mainan  yang islami, sekolah yang agamis,  memilih  pergaulan yang agamis. Makan makanan yang agamisi serta memilih pengasuh dan asisten rumahtangga yang agamis.   Sehingga  seluruh denyut nadi kegiatan angota keluarga  adalah bersifat agamis.
Lebih jauh  berikut  beberapa langkah  yang bisa  diterapkan  dalam  rangka menguatkan  peran keluarga  dalam melindungi anak. Pertama, tanamkan nilai-nilia agama pada  anggota keluarga  (terutama anak)  sejak dini  sehinga setelah dewasa  anak tersebut akan  memiliki  akidah yang kuat. Kedua,  dalam  keluarga hidupkan suasana yang  Islami, seperti sholat jamah bersama, puasa  sunnah bersama  dan sebagianya.  Ketiga, Jauhkan angota  keluarga  dari  pengaruh jahat  diantaranya  pornografi, narkoba, serta  sex bebas. Keempat,  jadikan  keluarga sebagai  tempat  pendidikan pertama, bukan lembaga lain karena anak  lebih banyak  berada di rumah.  Kelima, pastikan pengasuhan anak  pada orang yang tepat, sehingga anak benar-benar aman dari predator  anak (pedofil) sehingga anak  nyaman dan benar-benar terhindar  dari bahaya.
Nah, akhirnya   resep  menguatkan peran keluarga  dalam melindungi anak  di masa yang akan datang  seperti  diuraikan  di atas   bukan mustahil  dilaksanakan  apabila ada komitmen dari orang tua  untuk  berperilaku  agamis  dan ada suri tauladan  dari orang  tua (qudwah) sehingga anak di  rumah  senantiasa ada panutan dalam  setiap tindakannya.  Sehingga anak merasa nyaman  dan aman dan jauh dari marah bahaya.
Sehingga  nasib  Angeline yang malang yang ditemukan meninggal  di tempat yang justru harusnya menjadi tempat yang paling aman tidak pernah terulang lagi. Sehingga di masa depan tidak ada lagi Angeline- baru yang jadi korban  dari orang yang tidak bertanggungjawab. Anda Setuju? ***

Tidak ada komentar: