Menguatkan Peran Keluarga dalam Melindungi Anak*
Sabtu, 20 Jun 2015 -
09:04 WIB
Oleh: Untung Dwiharjo
Pemerhati Pendidikan, Lulusan Fisip Unair dan Staf Litbang YDSF Surabaya
Pemerhati Pendidikan, Lulusan Fisip Unair dan Staf Litbang YDSF Surabaya
Memprihatinkan.
Itulah barangkali yang kata yang tepat untuk menggambarkan
kondisi keluarga, utamanya keluarga di Indonesia.
Melihat pemberitaan di media misalnya ayah
kandung memperkosa anak sendiri, seorang anak membunuh kedua orang
tuanya hanya karena perkara sepele, bunuh diri satu keluarga,
seorang anak gantung diri serta yang paling mengembarkan
adalah kasus penelantaran 5 orang anak oleh kedua orang tuanya beberapa
waktu yang lalu dan dan yang terbaru adalah kasus
meninggalnya Angeline, anak yang berumur 8 tahun
yang justru di temukan di rumah ibu angkatnya.
Peristiwa-peristiwa
tersebut membuat hati merasa miris dan bertanya
dimana peran keluarga dalam membina
anak dan melindungi generasi penerus bangsa (anak)?.
Diakui memang semenjak tahun 1990-an terutama semenjak era internet dan perkembangan Iptek ada pergeseran peran keluarga.
Diakui memang semenjak tahun 1990-an terutama semenjak era internet dan perkembangan Iptek ada pergeseran peran keluarga.
Secara
teoritis ada banyak peran atau fungsi keluarga: (1)
Peran keagamaan, (2) Peran sosial budaya, (3) Peran cinta kasih, (4)
Peran pelindungan atau proteksi, (5) peran reproduksi,
(6) Peran sosialisasi dan pendidikan. (7) Peran ekonomi,
serta Peran pembinaan lingkungan (Yaumil Achir, 1994).
Dari
banyak fungsi keluarga itu banyak
pergeseran peran keluarga. Misalnya fungsi keagamaan
diwaktu dulu seperti era 80 an banyak keluarga di
Indoensia waktu habis magrib ada banyak
rumah melantunkan ayat suci Alquran (tilawah), sebaliknya sekarang
banyak rumah banyak habis magrib langsung
menonton TV baik orang tua maupun anak-anak.
Peran
keluarga dalam sosialisasi dan pendidikan dan cinta kasih juga
mengalami pergeseran. Kasus penelantaran 5 anak kandung oleh
kedua orang tuanya yang terjadi di Bekasi dan kasus
meninggalnya Angeline di rumah Ibu angkatnya di jalan Sedap
Malam-Sanur Bali seakan mengkonfirmasi hal itu.
Adanya
game online, play station, serta internet juga nampaknya telah
menggeser fungsi sosial budaya keluarga. Sehingga ada pakar
yang berpendapat bahwa di era modern ini keluarga hanya
berperan sebagai sarana reproduksi dan peran ekonomi
yang kira-kira masih lestari sampai sekarang. Sedangkan
fungsi lainnya telah digantikan oleh lembaga lain dan Iptek.
Efek
Globalisasi
Dalam
abad globaliasi yang mendunia ini, dimana batas-batas tempat,
ruang dan waktu hampir tidak ada. Perubahan peran
keluarga berakibat pada pergeseran perubahan struktur
dan proses dalam keluarga. Di Indonesia menurut seorang Sosiolog Universitas
Indonesia (Wirutomo, 1994) terjadi beberapa gejala dalam
keluarga yang menggerus peran keluarga dalam membangun bangsa
(baca: melindungi anak). Gejala tersebut adalah
munculnya fenomena keluarga kecil.
Gejala
ini terutama terjadi pada kelurga muda dimana jumlah anak
mereka satu atau dua saja. Selanjutnya akibat globalisasi terhadap
keluarga berupa munculnya “kepincangan struktur.” Kepincangan
struktur tersebut ditandai munculnya gejala single parent
family terutama oleh angka perceraian di Indoensia menjukan gejala
peningkatan.
Menurut
Featherstone meningkatnya perceraian tidak dapat secara
langsung dijadikan kebangkrutan lembaga keluarga tetapi
sekadar suatu krisis dari daya tahan keluarga. Selain itu
sekarang juga muncul gejala “keluarga berkarir ganda” Dimana
banyak rumah tangga bekerja di luar
rumah untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau membantu penghasilan
suami.
Menurut
angket majalah Femina sebagian besar wanita yang
bekerja sebagai pelaksana (57 %), memilih bekerja di swasta (57
%) di sektor pemerintah (33 %), wiraswasta (8 %). Sehingga sekarang
marak taman penitipan anak (TPA) di kota besar seperti di
Jakarta dan Surabaya.
Merajut
Kembali Peran keluarga
Dalam
era dimana serbuan dari luar demikian
gencar menerpa keluarga dewasa ini dengan ancaman
negatif seperti pornografi dan narkona serta sex bebas yang
dari hari hari makin mencemaskan pengaruhnya terhadap
kelauarga. Diperlukan langkah–langkah penguatan peran
keluarga dalam membangun bangsa.
Seharusnya
sejak dini dalam keluarga ditanamkan salah satu perintah
dalam Alquran dimana berbunyi : jagalah dirimu dan
keluarga mu dari siksa api neraka. Apabila doktrin itu
sudah tertanam dalam anggota seluruh keluarga
maka penulis yakin bahwa seluruh tindakan seluruh
anggota keluarga akan berlomba-lomba dalam kebajikan. Keluarga
akan menjadi keluarga yang harmonis.
Operasionalisasi
dari perintah itu misalnya dalam keluarga ada acara beribadah
bersama, memilih mainan yang islami, sekolah yang agamis,
memilih pergaulan yang agamis. Makan makanan yang agamisi serta memilih
pengasuh dan asisten rumahtangga yang agamis. Sehingga
seluruh denyut nadi kegiatan angota keluarga adalah bersifat agamis.
Lebih jauh berikut beberapa langkah yang bisa diterapkan dalam rangka menguatkan peran keluarga dalam melindungi anak. Pertama, tanamkan nilai-nilia agama pada anggota keluarga (terutama anak) sejak dini sehinga setelah dewasa anak tersebut akan memiliki akidah yang kuat. Kedua, dalam keluarga hidupkan suasana yang Islami, seperti sholat jamah bersama, puasa sunnah bersama dan sebagianya. Ketiga, Jauhkan angota keluarga dari pengaruh jahat diantaranya pornografi, narkoba, serta sex bebas. Keempat, jadikan keluarga sebagai tempat pendidikan pertama, bukan lembaga lain karena anak lebih banyak berada di rumah. Kelima, pastikan pengasuhan anak pada orang yang tepat, sehingga anak benar-benar aman dari predator anak (pedofil) sehingga anak nyaman dan benar-benar terhindar dari bahaya.
Lebih jauh berikut beberapa langkah yang bisa diterapkan dalam rangka menguatkan peran keluarga dalam melindungi anak. Pertama, tanamkan nilai-nilia agama pada anggota keluarga (terutama anak) sejak dini sehinga setelah dewasa anak tersebut akan memiliki akidah yang kuat. Kedua, dalam keluarga hidupkan suasana yang Islami, seperti sholat jamah bersama, puasa sunnah bersama dan sebagianya. Ketiga, Jauhkan angota keluarga dari pengaruh jahat diantaranya pornografi, narkoba, serta sex bebas. Keempat, jadikan keluarga sebagai tempat pendidikan pertama, bukan lembaga lain karena anak lebih banyak berada di rumah. Kelima, pastikan pengasuhan anak pada orang yang tepat, sehingga anak benar-benar aman dari predator anak (pedofil) sehingga anak nyaman dan benar-benar terhindar dari bahaya.
Nah,
akhirnya resep menguatkan peran keluarga dalam
melindungi anak di masa yang akan datang seperti
diuraikan di atas bukan mustahil dilaksanakan
apabila ada komitmen dari orang tua untuk berperilaku
agamis dan ada suri tauladan dari orang tua (qudwah) sehingga
anak di rumah senantiasa ada panutan dalam setiap
tindakannya. Sehingga anak merasa nyaman dan aman dan jauh dari
marah bahaya.
Sehingga
nasib Angeline yang malang yang ditemukan meninggal di tempat yang
justru harusnya menjadi tempat yang paling aman tidak pernah terulang lagi.
Sehingga di masa depan tidak ada lagi Angeline- baru yang jadi korban
dari orang yang tidak bertanggungjawab. Anda Setuju? ***
Arikel ini di muat di : http://batampos.co.id/20-06-2015/menguatkan-peran-keluarga-dalam-melindungi-anak/
Diakses 21- Juni 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar