Jumat, 28 Agustus 2015

Perkembangan Humas

Perkembangan  Humas


Oleh: Untung  Dwiharjo

Bab I

Pendahuluan


  1. Latar Belakang

Perkembangan hubungan masyarakat (humas) pada masa kini dirasakan semakin pesat dan  banyak dibutuhkan oleh berbagai lembaga di dunia. Tapi  sejak kapan humas ada hingga kinipun menjadi perdebatan. Diantara para ahli humas ternyata tidak ada kesamaan pendapat menganai sejak kapan awal mula dimulainya kegiatan yang sekarang dikenal sebagai hubungan masyarakat atau humas atau public relations yang disingkat PR.
Ada yang mengatakan bahwa humas sudah dimulai sejak Zaman Romawi dengan menunjuk pada pencanangan slogan opini publik yang berbunyi vox populi, vox dei, yang berarti ”suara rakyat suara Tuhan”. Ahli lain menyatakan bahwa humas dipraktekan sejak 1800 sebelum masehi ketika Mesopotamia, yang kini dikenal sebagai negara Irak, disebarkan selebaran kepada para petani, yang isinya menjelaskan bagaimana caranya menuai tanaman dengan baik.    
Istilah  humas (public relations) sendiri menurut  Roland E. Wolseley  dan Laurence R Campbel dalam bukunya, Exploring Journalisme, untuk pertama kali digunakan oleh Thomas Jefferson, presiden ketiga Amerika Serikat pada tahun 1807, tetapi tidak dalam pengertian secara konsepsional masa kini (Effendy, 2002: 1).
Meskipun terdapat perbedaan mengenai sejak kapan dimulainya praktik kehumasan, namun yang sama pendapatnya ialah bahwa humas merupakan bagian integral dari pemerintahan, dan gejala-gejalanya yang kemudian menjadi unsur-unsur penting bagi konsep humas diakui sudah ada sejak manusia ada. Gejala-gejala tersebut adalah hubungan antara seseorang dengan orang lain, hasrat seseorang untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain, anjuran seorang pemimpin kepada pengikutnya, ajakan seorang penguasa kepada rakyatnya dan sebagainya ((Effendy, 2002: 2). Sekarang hampir semua lembaga yang ada dimasyarakat mulai dari  tingkat bawah sampai atas baik itu negeri maupun swasta menggunakan jasa humas demi mengembangkan lembaganya. Tidak terkecuali dalam pendidikan. Lalu bagaimana perkembangan humas dalam pendidikan?


BaB II
Pembahasan

  1. Perkembangan  Humas Di Dunia
Dalam sejarahnya istilah Public Relations sebagai sebuah teknik menguat dengan adanya aktivitas yang dilakukan oleh pelopor Ivy Ledbetter Lee yang tahun 1906 berhasil menanggulangi kelumpuhan industri batu bara di Amerika Serikat dengan sukes. Atas upayanya ini ia diangkat menjadi The Father of Public Relations.
Perkembangan PR sebenarnya bisa dikaitkan dengan keberadaan manusia. Unsur-unsur memberi informasi kepada masyarakat, membujuk masyarakat, dan mengintegrasikan masyarakat, adalah landasan bagi masyarakat.
Tujuan, teknik, alat dan standar etika berubah-ubah sesuai dengan berlalunya waktu. Misalnya pada masa suku primitif mereka menggunakan kekuatan, intimidasi atau persuasi ntuk memelihara pengawasan terhadap pengikutnya. Atau menggunakan hal-hal yang bersifat magis, totem (benda-benda keramat), taboo (hal-hal bersifat tabu), dan kekuatan supranatural.
Penemuan tulisan akan membuat metode persuasi berubah. Opini publik mulai berperan. Ketika era Mesir Kuno, ulama merupakan pembentuk opini dan pengguna persuasi. Pada saat Yunani kuno mulai dikembangkan Olympiade untuk bertukar pendapat dan meningkatkan hubungan dengan rakyat. Evaluasi mengenai pendapat atau opini publik merupakan perkembangan terakhir dalam sejarah kemanusiaan.
Dasar-dasar fungsi humas ditemukan dalam revolusi Amerika. Ketika ada gerakan yang direncanakan dan dilaksanakan. Pada dasarnya, masing-masing periode perkembangan memiliki perbedaaan dalam startegi mempengaruhi publik, menciptakan opini publik demi perkembangan organisasinya. Perkembangan humas di dunia secara kronologis dapat ditabelkan sebagai berikut:







Tabel Kronologis Perkembangan PR (humas) di Dunia
Abad ke-19 
:
PR di Amerika dan Eropa merupakan program studi yang mandiri didasarkan pada perkembangan  Ilmu pengetahuan dan teknologi
1865-1900    
:
Publik masih dianggap bodoh
1900-1918    
:
Publik diberi informasi dan dilayani
1918-1945     
:
Publik diberi pendidikan dan dihargai
1925
:
Di New York, PR sebagai pendidikan tinggi resmi
1928  
:
Di Belanda memasuki pendidikan tinggi dan minimal di
fakultas sebagai mata kuliah wajib.  Disamping itu banyak diadakan kursus-kursus yang bermutu
1945-1968     
:
Publik mulai terbuka dan banyak mengetahui
1968
:
Di Belanda mengalami perkembangan pesat. Ke arah
ilmiah karena penelitian yang rutin dan kontinyu.
Di Amerika perkembangannya lebih ke arah bisnis
1968-1979     
:
Publik dikembangkan di berbagai bidang, pendekatan tidak hanya satu aspek saja
1979-1990     
:
Profesional/internasional memasuki globalisasi dalam perubahan mental dan kualitas
1990-sekarang
:
  1. perubahan mental, kualitas, pola pikir, pola pandang, sikap dan  pola perilaku secara nasioal/internasional
  2. membangun kerjasama secara lokal, nasional internasional
  3. saling belajar di bidang politik, ekonomi, sosial budaya,  Iptek, sesuai dengan kebutuhan era global/informasi
Sumber: Sri Rahayu H.,S.Sos, Kehumasan Sebuah Profesi Penting Bagi Perusahaan,
dalam http://ayoesr.files.wordpress.com/2007/12/pr.doc



  1. Perkembangan Humas dalam Pendidikan
Pendidikan menurut Onong Uchjana effendy (2002: 32) juga termasuk metode komunikasi, sebab jelas unsur-unsur yang dicakup olehnya, jelas pula proses yang dilangsungkannya.
Pendidikan dalam arti sempit adalah teknik komunikasi, suatu cara yang dilakukan berulang-ulang untuk membuat seseorang atau sekelompok orang memahami sesuatu lebih mendalam sehingga meningkat kecerdasannya.
Pendidikan dalam arti luas adalah metode komunikasi, suatu teknik komunikasi yang dilembagakan dan dikonseptualisasi secara metodologis dan sistematis untuk membuat sejumlah orang menjadi cerdas dan meningkat intelektualitasnya.
Pendidikan dalam arti luas diselenggarakan secara formal dan berjenjang oleh lembaga yang dinamakan sekolah, akademi, universitas dan lain sebagainya. Pendidikan sebagai teknik komunikasi kadang-kadang dilakukan oleh para pehumas untuk aspek-aspek tertentu dalam bidang kehumasan.  Uraian berikut mencoba meneropong perkembangan humas dalam pendidikan  di negera asal humas.
          
  1. Perkembangan Humas dalam Pendidikan di AS

Tidak dipungkiri perkembangan humas  secara modern berada di Amerika Serikat  sebagai tempat istilah itu lahir (Abdurrachman, 2001:15). Sehingga perkembangan humas  dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dari negara tersebut. Karena dengan semakin meningkatnya perhatian terhadap humas terutama perusahaan besar, timbul kebutuhan akan orang –orang yang memiliki pengetahuan khususnya dalam bidang itu.

Atas dasar itulah maka timbul pemikiran untuk mendidik para calon Publik Relation (PRO) dan memberikan pengetahuan pada mereka tentang dasar-dasar kepemimpinan dan pelaksanaan publik relations secara efektif  sebagai suatu profesi. Untuk mememnuhi kebutuhan itu didirikanlah fakultas-fakultas dan kejuruan humas di berbagai universitas.
            Dari kira-kira 76 perguruan tinggi yang memberikan mata pelajaran public relations (humas) di AS, diantaranya: Army Information School, Carlisle, Pa. Boston University, Colombia  University, Cornell University, Harvad University, University Of Illionis, Stanford University, University Of Wisconsin, Indiana University, State University of Iowa, New York University, Northwestern University, Princeton University, University of Soutthern California, Siracuse States Military Academy (Abdurhaman, 2001:23).
Bahkan dalam perkembangannya sekarang hampir 200 colleges (fakultas) dan Universitas menwarkan pendidikan PR atau program sarjana PR. Lebih banyak lagi yang memberikan kursus-kursus. Mayoritas program studi pada fakultas jurnalistik, peminat PR yang mendaftar menduduki rangking pertama atau kedua. Lembaga-lembaga pendidikan, kini mengakui perlu mendidik PR secara intensif (Soemirat & Ardianto, 2002:5).

Kurikulum yang disusun untuk para mahasiswa humas itu diantaranya meliputi ilmu pengetahuan tentang: Sosiologi, Psykologi, human and labor relations, radio, TV dan film productions, manajemen, advertising, reporting, public opinion, politik ekonomi, reseach method, propaganda dan publisitas. Berkat pendidikan yang diselenggarakan di perguruan tinggi itu, lahirlah publik relations spesialis dalam bidang internasional relations, pemerintahan, pendidikan, perbankan, perindustrian ringan dan berat, perdagangan dan sebagainya (Abdurrahman, 2001:24). 

Ternyata dalam perkembangan humas di AS mengalami banyak kemajuan pesat. Dalam suatu studi terhadap pejabat di eksekutif di  dari 200 organisasi di AS, Kanada, dan Inggris Raya, the value of Copmunication (nilai komunikasi) merupakan suatu hal penting dan profesi praktisi PR dihargai sangat tinggi. Di Amerika sendiri, PR adalah bisnis multi jutaan dollar dengan melibatkan 159 ribu profesional PR, berdasarkan catatan biro statistik Amerika  Serikat (Soemirat & Ardianto, 2002:4).

  1. Perkembangan Humas dalam Pendidikan di Indonesia
Perkembangan humas dalam  pendidikan di Indonesia mulai berkembang dengan dibukanya pendidikan atau jurusan yang mengajarkan tentang humas.  Di Universitas negeri seperti UI, UGM, UNAIR serta UNPAD  berdisi jurusan Komunikasi dan Kehumasan pada awal tahun 80-an. Kemudian diikuti oleh perguruan tinggi swasta di Indonesia. Perkembangan  humas semakin cepat dengan perubahan zaman dari Orde Baru menuju Reformasi dan perkembangan zaman yang memasuki era globalisasi dengan kemjuan teknologi informasi. 

Menurut Sri Rahayu H.,S.Sos, dalam makalahnya yang berjudul Kehumasan Sebuah Profesi Penting Bagi Perusahaan, mengatakan bahwa perkembangan ilmu dan profesi PR di Indonesia kini semakin pesat. Ini ditandai dengan banyaknya lembaga pendidikan PR dan sejumlah organisasi PR seperti Perhumas (Asosiasi PR di Indonesia), APPRI (Asosiasi Perusahaan PR di Indonesia), Bakohumas, Forum Humas BUMN, Forum Humas Perban-kan dan sebagainya. Bahkan untuk menambah atau memperluas wawasan bagi para PR ada lembaga pelatihan manajemen seperti IPPM, LM-UI, IMPM, dan sebagainya (Kasali, 1994: 35).
Bahkan di Indonesia sudah berdiri perusahaan PR  yang terkemuka: Diantaranya PT. Inti Pratama Manggara, PT. Madah Papanpara Rancang, PT. Ventura Perdana Utama, PT. Fortune Pramana Rancang, Eksekutif PR, PT. Citra Relata Mulia, inke Maris  & Asosiates, PT. DES Art, Ida sudoyo & Associates, GMT PR, serta Dikara Komunika (Kasali, 1994).    





Bab III
Simpulan

Sebagaimana di jelaskan pada paparan di atas terlihat bahwa perkembangan humas dalam pendidikan sekarang ini mengalami kemajuan yang pesat. Dimana sekarang banyak berdiri universitas dan organisasi yang menyelenggarakan program kehumasan sehingga secara langsung ikut mendorong perkembangan humas secara lebih cepat.
Bahkan sekarang ini banyak lembaga-lembaga yang menggunakan jasa humas untuk menunjang laju perkembangan organisasi. Dimana hal ini turut serta berperan dalam perkembangan humas dalam pendidikan.
Apalagi dengan kemajuan teknologi yang demikian dasyat ini maka bisa menjadi daya dorong bagi perkembangan humas dalam pendidikan bisa lebih berkembang lagi  secara berlipat-lipat pada masa yang akan datang.   

***


Daftar Pustaka
1.               Onong Uchjana Effendi. Hubungan Masyarakat. Suatu Studi Komunikologis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2002. 
2.               Oemi Abdurrahman. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 2001.
3.               Soleh Soemirat & Elvinardo Ardianto. Dasar-Dasar Public Relations. PT.  . Remaja Rosdakarya. 2002.
4.               Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations. Jakarta: Grafiti. 1994

5.        Sri Rahayu H.,S.Sos, Kehumasan Sebuah Profesi Penting Bagi Perusahaan,
                  dalam http://ayoesr.files.wordpress.com/2007/12/pr.doc




Media-Media Humas Dalam Pendidikan

Media-Media Humas Dalam Pendidikan
Oleh: Untung dwiharjo

Bab 1
Pendahuluan

  1. Latar Belakang


            Sekarang ini  humas sudah banyak digunakan oleh berbagai organisasi dan lembaga di hampir semua elemen di masyarakat. Hal itu menegaskan bahwa hubungan masyarakat (humas) merupakan kegiatan melaksanakan hubungan dengan publik di luar dan di dalam organisasi dengan jalan komunikasi. Sudah tentu komunikasi yang dilakukan tidak sembarangan, melainkan dengan cara-cara di sertai seni  komunikasi tertentu yang merupakan obyek komunikasi (Effendy.2002:18).
Pada masa sekarang ini alat untuk berkomunikasi berkembang dengan cepat sehingga dibutuhkan sarana atau media yang modern pula dalam komunikasi. Sehingga komunikasi yang dijalin akan semakin lancar. Menurut Wilbur Scramm menampilkan apa yang disebut sebagai  The  condition of success in communication, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar pesan membangkitkan tanggapan  yang kita kehendaki.
Kondisi tersebut dirumuskan sebagai berikut: (1) Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan. (2) Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti. (3) pesan harus memperhatikan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut. (4) pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi suatu situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki (Effendy. 2000:41-42).     
Dengan memperhatikan syarat tersebut jelaslah, mengapa para ekspert kemunikator memulai dengan meneliti sedalam-dalamnya tujuan kemunikan dan mengapa know your audience merupakan ketentuan utama dalam kemunikasi. Sebabnya ialah karena penting sekali mengetahui: timing yang tepat untuk suatu pesan, bahasa yang harus  digunakan agar pesan dapat dimengerti, sikap dan nilai yang harus ditampilkan efektif , dan jenis kelompok dimana komunikasi akan dilaksanakan.
Sehingga sebagaimana dikatakan  Cultip dan Center dalam bukunya Effective Public relations mengemukakan fakta fundamental yang perlu diingat oleh komunikator:
a)      Bahwa Komunikan terdiri dari orang-orang yang hidup, bekerja, dan bermain satu sama lainnya dalam jaringan lembaga sosial.
b)      Bahwa Komunikan itu membaca, mendengarkan, dan menonton keomunikasi  yang menyajikan pandangan hubungan pribadi yang mendalam
c) Bahwa tanggapan yang diinginkan komunikator dari komunikan harus menguntungkan bagi komunikan, kalau tidak, ia tidak akan memberikan tanggapan (Effendy. 2000:42-43)  

Dengan memperhatikan uraian diatas. Maka bagi para pengelola sekolah baik itu negeri maupun swasta  perlu mengenal berbagai media-media humas dalam pendidikan yang bisa digunakan dalam rangka mendongkrak berjalannya proses pendidikan di sekolah. Untuk keperluan makalah ini maka kami mengambil  pertanyaan media-media humas  pendidikan apa saja yang bisa digunakan sekolah?

Bab II
Pembahasan

  1. Perbedaan Media Iklan dan Humas

Para pengelola sekolah terutama para praktisi humas di sekolah, agar lebih secara tepat mengggunakan media-media humas pendidikan di sekolah. Ada baiknya memahami terlebih dahulu perbedaan umum antara media periklanan dan media humas, sehingga tidak dijumpai praktik di lapangan yang tumpang tindih dan tidak tepat sasaran. Yang berakibat pada mubazirnya anggaran sekolah.  Perbedaan keduanya  bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel  Perbedaan antara media Periklanan dan Media Publik Relation (humas)
Media Periklanan
Media Public Rel;ations (humas)
1. Iklan Display dan iklan baris pada surat Kabar, majalah, jurnal dan lain-lain
1.Features, gambar/foto, kegiatan tertentu, sejarah perusahaan, dan lain yang dibuat baik di media cetak intern maupun ekstern
2. Iklan komersial, TV, bioskop dan video
2. Film dokumenter, film sponsor, slide, video, berita televisi, dan lain sebagainya.
3. Iklan radio (jingle dan sound)
3. Wawancara yang direkam dan disiarkan oleg radio, wawancara per telepon, dan lain sebagainya
4. Poster, papan reklame, dan media luar ruang lainnya.
4. Poster dan media luar ruang, yang sifatnya mendidik, memberi petunjuk
5. Brosur, booklet, katalog, dan lain-lain
5. Seminar konferensi, pembicara pada forum tertentu, dan terkadang dikombinasikan dengan pertunjukan, penyajian slide, dan pameran, serta pembagian laporan tahunan. Kunjungan
6. surat penawaran melalui direct mail
6. kunjungan kerja, kunjungan ke media massa
7. Pemberian sponsor dengan penekanan pada tujuan
7. Partisipasi pada berbagai peristiwa penting, karnaval, pemberian penghargaan, sponsor untuk kegiatan tertentu.
8. Bentuk-bentuk  iklan khusus seperti tas belanja, balon udara dan lain-lain
8. Penekanan pada identitas perusahaan, seperti desain arsitektur bangunan yang konsisten di setiap cabang, logo, warna , tipografi, seragam karyawan.
Sumber: Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. (Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 1994). Hal. 146

Setelah mengetahui perbedaan antara media iklan dengan media humas, maka diharapkan dapat diperoleh gambaran yang jelas bagaimana gambaran media iklan  dan media  humas khususnya dalam bidang pendidikan, khususnya di sekolah. Tentu saja yang terdapat pada media humas pendidikan perlu dimodifasikasi apabila akan diterapkan pada dunia pendidikan terutama sekolah. 

  1. Media-Media Humas Pendidikan

Berikut ini beberapa humas pendidikan yang bisa diterapkan pada sekolah. Tentu saja penerapan masing-masing harus melihat kemampuan sekolah. Dan untuk memudahkan media maka berikut ini akan dibagi menjadi dua bagian besar.
1.Media-media Internal publik relation (humas) di sekolah
 Menurut Griswold internal humas bertujuan agar karyawan mempunyai kegairahan kerja  (Abdurrahman, 2001:34). Maka apabila diterapkan pada sekolah bisa diterapkan untuk menjalin hubungan antara sesama guru agar lebih akrab serta antara guru dengan kepala sekolah atau  antara siswa dengan muridnya. Sehingga terjalin komunikasi yang informatif dan kemunikatif.  Untuk itu bisa ditempuh dengan media humas sebagai berikut:  
1). Tertulis, yaitu memnggunakan surat-surat, papers, buletin, brosur dll.
2). Lisan, mengadakan brefing, rapat-rapat, diskusi, ceramah.
3). Consellling: Menyediakan beberapa anggota staf yang telah mendapat latihan atau pendidikan untuk memberikan nasehat kepada para karyawan (guru), turut memecahkan masalah-masalah pribadi mereka, atau mendiskusikan bersama-sama.

2. Media-Exsternal Public Relations (humas) di sekolah
Salah satu tujuan eksternal Public Relations adalah untuk mengeratkan hubungan dengan orang-orang yang diluar badan/instansi hingga terbentuklah opini publik yang favorable terhadap badan itu (.Abdurrahman, 2001:38).
Tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam eksternal Public Relations atas dasar untuk memperoleh dukungan, pengertian, dan kepercayaan publik luar (eksternal public) menciptakan kesediaan kerja sama dari publik, adalah:
  1. Menilai sikap dan opini publik terhadap kepemimpinan, terhadap para pegawai dan metode yang digunakan.
  2. Memberi advies dan counsel pada pimpinan tentang segala sesuatu yang ada hubungannya dengan humas menganai perbaikan-perbaikan, kegiatan-kegiatan dan lain dll.
  3. Memberikan penerangan-penerangan yang obyektif, agar publik tetap informed tentang aktifitas dan perkembangan badan itu
  4. Menyusun staf yang efektif untuk bagian itu.

Komunikasi dengan eksternal publik dapat diselenggarakan diantaranya dengan:
  1. Persoanal contac (Kontak Pribadi)
Unsur penting dalam hubungan ini adalah adalah perlakuan terhadap perorangan-perorangan yang berhubungan dengan badan/instansi.

  1. Press release
Dalam menyiapkan press relase hendaknya diperhatikan soal-soal teknis mengenai penyususnan dan pengetikan pesan dan distribusinya. Biasanya press release diberikan kepada wartawan untuk bahan pemberitahuan akan suatu kegiatan suatu media untuk bisa dimuat di media.
  1. Press Relations
Press relations ini adalah berhubungan dengan jalinan hubungan yang baik dengan para pemimpin atau wakil surat-surat kabar, majalah-majalah, kolomnis, penulis feature, pemimpin radio dan televisi.
d. Press Conference & Press Breifings       
      Dalam keadaan tertentu dan mengenai pengumuman tertentu, dianjurkan  untuk menyelenggarakan pers conference dari pada hanya press relase saja. Press conference ini hanya diselenggarakan bila ada peristiwa-peristiwa penting saja  di suatu instansi./badan. Instansi dapat mengadakan press conference atas dasar inisiatrifnya sendiri atau atas permintaan wakil pers sendiri.
  1. Radio dan Televisi
Pemanfaatan radio televisi bagi media humas pendidikan di sekolah  saat ini agak mengalami kemajuan dimana banyak sekolah mulai muncul pemberitaannya di  kedua media itu. Apalagi media tersebut sekarang banyak dijumpai ditiap rumah masyarakatnya khususnya media televisi.
  1. Film
Filme dapat berupa filem dokumentasi, atau hiburan, yang berisi informasi-informasi, pendidikan, dan sebagainya. Menurut hemat kami film ini bisa berupa film kegiatan sekolah atau prestasi sekolah sehingga  menibulkan motivasi bagi yang melihatnya. Sepertinya hal film Laskar Pelangi yang sekarang banyak diputar dan ternyata meledak penontonya. (Abdurrahman, 2001:40-44).
  1. Penyelenggaraan Pameran
Pamaren atau exhibition merupakan sarana yang efektif untuk menyebarkan suatu pesan karena bersifat informatif dan persuasif. Karena publik pengunjung pameran akan melihat, mendengar, meraba, mencium bahkan mungkin mencoba benda-benada yang dipamerkan. Efektifitas pameran karena ialah karena pada sarana komunikasi itu publik dapat menyaksikan peragaan proses tertentu, dapat bertanya sepuas hati (Effendy. 2002:140-141). Dalam konteks sekolah misalnya pihak sekolah dapat mengikuti pameran pendidikan misalnya untuk tingkat regional. nasional dan kalau memungkinkan tingkat Internasional sehingga dikenal oleh masyarakat luas.
  1. Pembuatan Poster
Dalam kehidupan manusia yang semakin modern, sejalan dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang, poster sebagai sarana komunikasi semakin penting perananya. Kenyataan ini tampak dikota-kota besar yang secara meraksasa menjulang, poster berwarna-warni dan beraneka ragam di malam hari sungguh meriah dan mempesona (Effendy. 2000:149). Dalam hal ini pihak sekolah bisa membuat poster misalnya berupa poster sapnduk, poster tranposat yang dipasang di tempat umum seperti kerata api stasiun. Misalnya tentang siswanya yang berprestasi.

    1. Internet (Media Intra-Ekstra Humas)
Kini dunia humas mengalami jaman keemasan, karena teknologi internet ini telah membawa praktisi mampu mencapai publik sasaran secara langsung, tanpa intervensi dari pihak lain, seperti redaksi atau wartawan di media massa, yang biasanya bertindak sebagai penjaga gawang pesan komunikasi dan melakukan penyensoran terhadap pesan informasi humas bagi khalayak (publik).
Beberapa diantaranya yang bisa dilakukan praktisi PR melalui penggunaan internet:  
i)                    PR harus menyadari bahwa khalayak/publik dapat mengakses semua press release atau news release yang dikirimkan melalui internet atau server, dengan menggunakan kata-kata yang mudah dicari dan dipahami khalayak.
ii)                  Publik dapat mengakses press Release dalam home page yang ada world wide web (bila perusaahaan itu memiliki home page)
iii)                 PR  dapat membuat mailing list dari publiknya. Mailing list adalah perangkat elektronik yang dapat menyebarkan Press release kepada publiknya kotak e-mail.
Kuentungan PR dalam menggunakan internet: (a) informasi cepat sampai pada publik. (b) Bagi PR, internet dapat berfungsi sebagai iklan, media, alat marketing, sarana penyebaran informasi dan promosi. (c) Siapapun dapat mengakses internet. (d) tidak terbatas oleh ruang dan waktu. (e) Internet dapat membuka kesempatan melakukan hubungan komuniksi dalam bidang pemasaran secara langsung (Soemirat & Ardianto, 2002: 191-192).

Selain yang disebutkan di atas, media-media  humas pendidikan dalam sekolah, sebenarnya masih banyak yang lain untuk menyebarluaskan informasi dan mengadakan hubungan dengan publik. Diantaranya dengan menggunakan kartu pos bergambar kalender, telepon, atau  mungkin dengan menggunakan SMS lewat ponsel kepada khalayak. Menurut Oemi Abdurrahman (2001:44)  untuk menggunakan salah-satu media di atas, para praktisi humas harus memikirkan efektifitasnya. Oleh karena itu harus mempunyai pengetahuan tentang media komunikasi hingga ia dapat memilihnya mana yang tepat.
Menurut hemat kami pemilihan media-media humas pendidikan kehususnya di sekolah juga perlu memperhatikan hal tersebut sehingga media yang digunakan dapat tepat sasaran.   

Bab III
Simpulan

Dari uraian yang dijelaskan di atas  terlihat bahwa banyak media humas pendidikan yang tersedia bagi para praktisi humas di sekolah. Tentu saja pilihan bagi pihak sekolah tergantung pada sasaran yang ingin di capai serta dana yang tersedia.
Bagi sekolah idealnya bisa menggunakan lebih dari satu media humas  pendidikan atau menggabungkan satu dengan  yang lain sehingga daya jangkau dan efektifitasnya lebih bisa meluas.
Ke depan dengan perkembangan teknologi yang semakin  maju  maka membuka kreatifitas bagi para praktisi humas untuk menggunakan media-media humas pendidikan selain  yang dipaparkan di atas.
Tentu saja semunya kembali ke pada itikad baik pihak sekolah untuk menggunakan media-media humas pendidikan secara lebih profesional dan lebih maju lagi  dimasa yang akan datang.
  

***



Daftar Pustaka

    1. Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.2002
    2. Onong Uchjana Effendy. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung. PT. Citra Adtya Bakti. 2000 
    3. Onong Uchjana Effendy. Hubungan Masyarakat: suatu studi Komunikologis. Bandung. PT. Citra Adtya Bakti. 2000     
    4. Rhenald Kasali. Manajemen Publik Relations: Konsep dan aplikasinya Di Indonesia. Jakarta. PT. Grafiti. 1994
    5. Oemi Abdurrachman. Dasar-Dasar Public Relations.  Bandung. PT. Citra Adtya Bakti. 2001
  
   



Pembelajaran Humanistik sebagai Model Pembelajaran Yang Efektif

Pembelajaran Humanistik sebagai Model Pembelajaran Yang Efektif

Oleh:  Untung Dwiharjo

Bab I Pendahuluan

  1. Latar Belakang

Pendidikan sesunguhnya merupakan bagian  dari proses kehidupan manusia yang harus dilalui, bahkan merupakan hak setiap umat manusia bukan saja diandalkan sebagai tiket untuk meraih masa depan yang lebih baik, tetapi lebih dari itu pendidikan merupakan juga berfungsi dan selalu bertujuan untuk memperkuat hak asasi manusia.
Walapun tujuan dan sasaran-sasaran pendidikan mungkin berbeda-beda menurut konteks  nasional atau bahkan konteks lokal masing-masing budaya, politik,agama, serta sejarah masing-masing komunitas. Namun, ada suatu kesepakatan umum yang muncul dalam hukum internasional sekarang ini, yaitu: bahwa toleransi dan penghormatan terhadap hak asasi manusia merupakan ciri utama dari masyarakat  yang berpendidikan. Di seluruh dunia saat ini, paling tidak ada 127 negara yang telah meratifikasi Kovenan Hak Ekonomi, Sosiala dan Budaya. Mereka setuju bahwa pendidikan haruslah diarahkan pada pengembangan kepribadian manusia sepenuhnya serta memiliki martabat, dan hendaknya mengarah kepada penguatanb penghormatan HAM dan dan kebebasan dasar. Pendidikan merupakan instrumen penting untuk memajukan hak asasi manusia (Kasim, 2001:215).
Pendidikan secara luas adalah usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan untuk membantu peserta didik mengalami proses pemanusiaan diri ke arah tercapainya pribadi yang dewasa-susila (Sudarminto, 1990, dalam Bappeprov Jatim, 2006:14). Driyarkara (1980), misalnya menyatakan pendidikan pada hakekatnya adalah suatu perbuatan fundamental dalam bentuk komunikasi antar pribadi, dan dalam komunikasi tersebut terjadi proses pemanusiaan manusia muda-dalam arti hominisasi (proses menjadikan  seseorang sebagai manusia) dan proses humanisasi (proses  pengembangan kemanusiaan manusia).
Pendidikan membantu dan memberdayakan manusia untuk membangun daya kekuatan yang kreatif, yang mampu melakukan sesuatu. Salah satu aspek individual dari pemberdayaan adalah agar manusia memiliki kemampuan berpikir, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan membangun berbagai ketrampilan. Pendidikan juga membantu dan memberdayakan manusia untuk membangun kekuatan bersama, solidaritas atas dasar komitmen pada tujuan dan pengertian yang sama, untuk memecahkan masalah yang dihadapi guna menciptakan kesejahteraan bersama. Selain itu, pendidikan juga membantu dan memberdayakan manusia untuk membangun daya kekuatan bathin dalam dirinya. Khususnya harga diri, kepercayaan diri, dan harapan akan masa depan ( Widiastono, ed, 2004, dalam   Bappeprov Jatim, 2006:14).
Tapi kenyataanya pendidikan di Indonesia malah banyak menciptakan proses dehumanisasi pada peserta didik (murid). Misalnya, masih saja ada guru yang menggunakan praktik kekerasan dalam metode pendidikan di sekolah. Setelah kasus kekerasan guru terhadap siswa terjadi di Jember, Semarang, dan Situbondo, kini kekerasan itu terjadi lagi di salah satu sekolah tingkat menengah atas di Tapanuli. Bahkan, kasus kekerasan guru di sekolah tersebut sempat membuat berang DPRD setempat.( Raditya, dalam Jawa Pos, 12 Desember 2008). Bahkan kasus tersebut masih terus terjadi seperti pada kasus kekerasan seorang guru kepada peserta didik di  sebuah sekolah di Gorontalo, Palangkaraya, serta Jombang.

  1. Pertanyaaan

Dalam makalah ini mencoba menjawab pertanyaan sebegai berikut:

  1. Bagaimana praktek pengajaran guru kepada siswa yang tidak efektif?
  2. Metode pengajar yang efektif yang seperti apa yang bisa mencapai tujuan pendidikan?  










Bab II Pembahasan

A.Praktik Pendidikan Gaya Bank

Banyak kasus pengajaran yang tidak efektif dimana salah satunya adalah kekerasan guru terhadap seorang murid. Hal itu terjadi karena guru melihat siswa yang harus selalu patuh, tidak boleh salah. Sehingga siswa langsung divonis salah begitu tidak mematuhi aturan seorang guru. Kejadian terlihat praktik pendidikan yang menindas. Dimana sang siswa di tindas oleh guru ketika berbuat salah dengan cara dipukul atau tindak kekerasan yang lain. Praktik pendidikan sedemikian meminjam bahasa Paulo Freire dalam bukunya Pendidikan Kaum Tertindas (2008)  dinamakan dengan konsep pendidikan gaya bank. Dalam pendidikan gaya bank  menurut Freire memelihara dan bahkan mempertajam kontradiksi itu melalui cara-cara dan kebiasaan-kebiasaan sebagai berikut, yang mencerminkan suatu keadaan masyarakat tertindas secara keseluruhan:
  1. Guru mengajar, murid diajar.
  2. Guru mengetahui segala sesuatu, murid tidak tahu apa-apa
  3. Guru berpikir, murid dipikirkan
  4. Guru bercerita, murid patuh mendengarkan
  5. Guru menentukan peraturan, murid diatur
  6. Guru memilih dan memaksakan pilihannya, murid menyetujui
  7. Guru berbuat, guru membayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan gurunya
  8. Guru memilih bahan dan isi pelajaran, murid (tanpa diminta pendapatnya) menyesuaiakan diri dengan pelajaran itu.
  9. Guru mencampuradukan kewenangan ilmu pengetahuan dan kewenangan jabatannya, yang dia lakukan untuk menghalangi kebebasan murid
  10. Guru adalah subyek dalam proses belajar, murid adalah obyek belaka (Freire, 2008: 54).

Tidak mengherankan jika konsep pendidikan gaya bank memandang manusia sebagai makhuk yang bisa disamakan dengan sebuah benda yang mudah diatur. Semakin banyak murid menyimpan tabungan yang dititipkan kepada mereka, semakin kurang mengembangkan kesadaran kritis  yang dapat mereka peroleh dari keterlibatan di dunia tersebut. Kemampuan pendidikan gaya bank untuk mengurangi atau menghapuskan daya kreasi para murid, serta menumbuhkan sikap mudah percaya, menguntungkan kepentingan kaum penindas yang tidak berkepentingan dengan dunia yang terkuak atau yang berubah. 

      Sebagai alternatif, Freire (2008) menciptakan sistem baru  yang dinamakan  ”problem –posing education” atau ”pendidikan hadap masalah” yang memungkinkan konsientisasi. Dalam konsientisasi, guru dan murid bersama-sama menjadi objek yang sama. Tidak ada lagi yang memikirkan dan yang tinggal menelan, tapi mereka berpikir bersama. Pengetahuan yang sejati menuntut penemuan dan penemuan kembali melalui penyelidikan terus-menerus atas dunia, dengan dunia dan dengan seksama. Guru dan murid harus secara serempak menjadi murid dan guru. Dialog merupakan unsur sangat penting dalam pendidikan (Danuwinata, Pengantar, 2008: xxii)    



B. Pendidikan Humanistik

Salah satu metode ”pendidikan hadap masalah” yang merupakan metode pengajaran yang efektif adalah pendidikan humanistik. Menurut Hamalik (1992:44) pendidikan humanistik adalah suatu pendekatan pendidikan yang berorientasi pad pengembangan manusia (human people). Tujuan utama pendidikan humanistik adalah kemanusiaan, yang bersifat normatif, dan yang berkepribadian. Berikut ini diuraikan tentang metode pendidikan humanistik yang diangkat dari tulisan  Dr. Oemar Hamalik tentang Pendidikan Humanistik dalam bukunya Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum ( 1992:45-53):






    1. Tujuan Pendidikan Humanistik  
a.       Mengembangkan pengalaman dan semua potensi yang dimiliki oleh siswa melalui program pendidikan yang berdasarkan kebutuhannya.
b.      Mengembangkan aktualisasi diri dan kepribadian siswa
c.       Mengembangkan ketrampilan dasar yang berguna dalam kehidupan masyarakat yang berbudaya, yang meliputi aspek akademik, pribadi, hubungan antar insani, komunikasi dan ekonomi.
d.      Personalisasi pendidikan dan praktek pendidikan yang mencakup proses pendidikan para siswa melalui keterlibatan secara demokratis dalam semua tingkat pelaksanaan pendidikan
e.       Menghayati pentingnya perasaan manusiawi dan menggunakan nilai-nilai dan persepsi personal sebagai faktor –faktor yang terintegrasi dalam proses pendidikan.
f.       Mengembangkan suasana belajar yang mendorong pertumbuhan siswa dengan cara menciptakan lingkungan belajar yang memberikan tantangan, menumbuhkan pemahaman, bersifat menunjang serta bebas dari kecemasan
g.      Mengembangkan rasa hormat pada orang lain  dan ketrampilan menyelesaikan konflik dalam kehidupan masyarakat.

    1. Ciri-Ciri pendekatan humanistik adalah sebagai berikut:  
a.      Berorientasi pada kultur, sistem nilai dan norma-norma masyarakat
b.      Pendidikan terutama dititikberatkan pada pembentukan kepribadian yang baik
c.       Pada hakekatnya semua manusia adalah ’baik’ dan oleh karenanya perlu diberi lingkungan yang baik pula untuk mempertahankan nilai-nilai manusiawi
d.      Sekolah sangat dipengaruhi/ditentukan oleh suasana masyarakat disekitarnya, bahkan merupakan cerminya masyarakat
    1. Faktor-faktor yang mendasari Pendidikan masalah-masalah manusia
a.        Perubahan Mendasar dalam masalah-masalah manusia
Dengan adanya kemajuan ilmu dan teknologi  maka masalah manusia juga semakin berkembang seiring dengan hal tersebut.
b.        Manusia harus selalu berorientasi ke depan (futurologis)
Manusia harus senantiasa melakukan adaptasi terhadap lingkungannya. Sehingga pendidikan humanistik mempersiapkan subjek didik agar mampu hidup di masyarakat pada masa yang akan datang.
c.        Konsep baru tentang kepribadian Manusia.
 Pendidikan humanistik memandang tingkah laku manusia secara komprehensif.
d.       Pandangan humanistik tentang konsep belajar
Berdasarkan pendekatan humanistik proses belajar mengandung dua bagian penting yakni (1) konfrontasi dengan informasi atau pengalaman baru, (2) pribadi siswa sendiri yang menemukan (diskoveri) mekna pengalaman tersebut.
    1. Pendidikan Humanistik dan Kurikulum.
Ada dua cara untuk menentukan apakah orang-orang,proyek-proyek, daerah-daerah, yang berbeda satu dengan yang lainya dapat ditentukan sebagai penganut pendidikan humanis atau bukan.
Pertama, dilihat dari segi pengembangan kurikulum dan penataan sekolah serta kelas. Dalam konteks ini ada tiga jenis pendekatan :
(a). Isi kurikulum yang humanistik. Isi kurikulum harus relevan dengan masalah kehidupan karena membantu siswa untuk menjelajahi masalah-masalah tertentu secara lebih efektif.
(b). Proses kurikulum yang humanistik.
Pendekatan ini berusaha mengajarkan para siswa tentang proses-proses atau ketrampilan-ketrampilan yang mereka butuhkan atau ketrampilan yang akan mereka butuhkan atau kebutuhan yang akan membimbing hidup mereka sehubungan dengan masalah identitas, kekuasaaan/kekuatan dan keterkaitan dengan yang lain.
(c) Penataan sekolah yang humanistik. Pendekatan ini adalah menata lingkungan belajar sebagai suatu cara yang memungkinkan siswa mempelajari daerah-daerah humanistik yang mereka pilih sendiri dan mendorong mereka mempelajari dan mempraktekan proses-proses humanistik sebagai bagian dari pendidikan.
Kedua, Untuk menentukan pendidikan humanistik ialah dengan memperhatikan apa yang terjadi di dalam kelas. Ada lima hal/dimensi yang dapat dilaksanakan dalam rangka pemberian kemudahan bagi pendidikan humanistik di kelas.
(a). Pilihan & Kontrol. Para siswa berusaha mencapai tujuan –tujuannya dan membuat macam-macam keputusan, perbuatan demikian terus dilakukan sepanjang hidupnya. Dalam pendidikan humanistik, para siswa belajar melakukan hal-hal tersebut, yang semakin lama semakin efektif melalui latihan terus-menerus melakukan pilihan dan kontrol berkenaan dengan pelajaran dalam rangka proses pendidikan, yang bertalian dengan upaya pencapaian tujuan pendidikan dan kegiatan mereka sehari-hari.
(b) berkenaan dengan masing-masing siswa. Suatu kelas yang lebih humanistik membutuhkan kurikulum yang cenderung terfokus pada perasaan  dan minat masing-masing siswa.
(c) Keterampilan kehidupan.
Dalam pendidikan humanistik cenderung melibatkan siswa sebagai suatu keseluruhan. Meliputi siswa yang efektif, yang memiliki perasaan, pilihan, dan komunikasi serta tindakan.
(d) Evaluasi Diri.
Para siswa yang telah dewasa yang menilai kemajuan belajarnya sendiri, secara okasional memilih tes bagi dirinya, meminta orang lain  untuk melakukan balikan, mengumpulkan data tentang dirinya.
(e) Guru sebagai Fasilitator
Guru berperan sebagai fasilitator bukan sebagai director of learning. Ia bersikap menunjang bukan sebagai pengkritik, bersikap memhami dan bukan bersikap mempertimbangkan, lebih nyata dan lihai dalam memainkan perannya.

    1. Proses Belajar mengajar humanistik
Pengajaran humanistik dikembangkan dalam bentuk belajar mengajar kreatif dengan ciri-ciri sebagai berikut:
(a)      Guru kurang/tidak mendominasi, para siswa mendapatkan kesempatan menjawab persoalannya sendiri
(b)      Guru kurang biacara, dia lebih banyak memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mendayagunakan guru dan kelompok sebagai sumber/nara sumber belajar
(c)       Guru tidak menenukan suatu jawaban yang paling benar/tepat, akan tetapi terbuka kemungkinan munculnya jawaban-jawaban yang berbeda dan beberapa jawaban atas suatu persoalan
(d)      Guru tidak/kurang memberikan kritik  yang bersifat destruktif, tetapi  lebih banyak membantu dan mengarahkan siswa ke dirinya sendiri untuk memperoleh kejelasan dan pemahaman
(e)       Guru tidak/kurang menitikkberatkan pada kegagalan dan kesalahan siswa, melainkan mendorong siswa agar menerima kekeliruannya bila mereka berbuat keliru
(f)       Guru menghargai hasil pekerjaan anak-anak, tetapi dengan cara memberikan hadiah
(g)      Tujuan pembelajaran dirumuskan secara jelas, struktur pengajaran dipahami dan diterima  oleh kelompok siswa
(h)      Para siswa mendapatkan tanggungjawab dan kebebasan bekerja dalam batas-batas tertentu
(i)        Anak-anak bisa mengemukakakn hal-hal yang menjadi uneg-unegnya dan hal-hal yang telah mereka ketahui
(j)        Gagasan-gagasan yang muncul; dari siswa dihargai oleh guru, demikian pula informasi yang mereka sampaikan, serta mengundangnya untuk melakukan penjajakan dan menemukan sendiri
(k)      Ada keseimbangan anatara tugas-tugas umum dan tanggungjawab perorangan yang bertalian dengan tugas-tugas perorangan
(l)        Guru berkomunikasi dengan jelas dengan para siswa, dan menegaskan bahwa ’Belajar adalah belajar sendiri’ (self learning).
(m)    Evaluasi adalah proses terbagi dan mencakup bidang yang luas, dimana prestasi akademik tercakup di dalamnya
(n)      Motivasi belajar tinggi dan terarah dari dalam, siswa mau mengerjakan tugas karena mereka mau mengerjakannya, bukan karena terpaksa.













Bab III Simpulan

Demikianlah sekilas tentang relevansi pendidikan humanis untuk bisa diterapkan pada pendidikan guru di kelas. Karena selama ini siswa mengalami proses dehumanisasi dalam pendidikan disekolah. Terutama ketika mereka menjalani proses-belajar mengajar di kelas.Sehingga imbasnya proses pendidikan bukannya membuat mereka kian tercerahkan tapi malah menjadi ”penjara” bagi proses pendidikan mereka guna meraih   masa depannya kelak di masa rakyat.
            Sehingga sangat relevan apabila model pembelajarn humanistik diterapkan oleh para guru di kelas ketika mengajar para murid. Toh metode ini dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), siswa tidak hanya mendapatkan ilmu dari guru tapi dari media lain (misalnya internet). Maka peran guru sebenarnya tidak terlalu dominan. Maka metode pembelajaran humanistik sangat dianjurkan untuk bisa menciptakan pembelajaran yang efektif agar tercipta hubungan yang harmonis antara guru dan murid.   


***












Daftar Pustaka
1. Paulo Freire. Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: LP3ES. 2008
2. F. Danuwinata. Pengantar. Buku Paulo Freire. Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: LP3ES. 2008
3. Bappeprov Jatim. PenyusunanProgram dan Perencanaan Kebutuhan dan Pengembangan Mutu pendidikan di Jawa Timur. Surabaya. 2006
4. Ifdal kasim  & Johanes da Masenus Arus. Hak Ekonomi, Ssosial dan Budaya. Jakarta: ElSAM. 2001
5. Oemar Malik. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum. Bandung: Mandar Maju. 1992
6.   Ardhie Raditya. Rantai Kekerasan terhadap Murid. Dimuat dalam harian Jawa Pos
12 Desember 2008