Kamis, 29 Oktober 2020

 Mewaspadai Depresi Sosial Akibat Pandemi Covid-19

Oleh :

Untung Dwiharjo

Peneliti Pada LAZNAS YDSF di Surabaya

Pandemi Covid-19 yang entah kapan akan berakhir ini berpotensimenciptakan depresi sosial. Buktinya akhir-akhir ini berita bunuh dirikerap kita jumpai baik itu lewat media cetak atau media online.Mulai dari bunuh diri yang dilakukan dengan cara meloncat dariapartemen, ,lompat dari jembatan ke sungai ataupun lompat darigedung Rumah sakit ketika dalam masa perawatan Covid-19.Peristiwa yang bikin kita kaget adalah adanya dugaan kuat bunuh diriyang dilakukan seoang wartawan televisi swasta nasional dengandisertai mengkomsumsi obat-obatan tertentu sebagaimana keteranganPolda Metro Jakarta beberapa waktu yang lalu. Berbagaiperistiwabunuh diri tadi memunculkan fenomena demikian miris dimana pelaku dengan mudahnya mengambillangkah untuk mengakhiri hidupnya. Seolah tidak jalan lain selain bunuh diri untuk menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Seakan mereka mengalami tekanan hidup yang demikian hebat sehingga mengalami depresiyang dalam sehingga harus mengakhiri hidupnya dengan cara yang sebenarnya dilarang oleh agama tersebut.

Depresi Sosial Yang Dalam

Harus diakui semenjak adanya Pandemi Covid-19 ini beban hidup masyarakat terutama masyarakat kelas bawahsemakin berat. Karyawan banyak yang kena PHK, usaha lesu dimana omset terjun bebas, mencari pekerjaansusah. Serangkaian persoalan tadi terjadi di tengah bencana pandemi Covid-19 yang efeknya demikian hebathampir seluruh sendi kehidupan manusia ikut terimbas. Sehingga seolah langit akan runtuh menerpa yangmengalami persoalan tersebut. Tengoklah misalnya pasien Covid-19 yang dirawat di sebuah rumah sakit disebuah kota di Jawa Timur yang diberitakan bunuh diri loncat dari Rumah sakit. Mungkin saja dia mengalamitekanan hidup yang dalam atau mengalami depresi sosial yang akut dimana dia merasa terstigma atau mengalamidalam kesendirian karena adanya isolasi selama perawatan Covid-19 tersebut. Sehingga hampir semua bebanpsikologis dirinya yang harus menanggung.

Sehingga tanpa orang lain di sampingnya yang mau mendengarkan atau peduli orang yang mengalami tekananhidup (depresi) yang dalam bisa mengambil langkah yang salah yaitu dengan bunuh diri. Seolah denganmelakukan bunuh semua persoalan di dunia selesai. Untuk menjelaskan ini kita bisa meminjam penjelasan EmileDhurheim (Siahaan, 1986) apabila seseorang indivividu tidak dapat memenuhi peranan yang diharapkan (roleexpectation) di dalam menjalankan peranan yang dijalankan kehidupannya (role performance) maka individutersebut akan mengalami frustasi. Misalnya pasien Covid-19 yang di rawat tadi mempersepsi dengan dia menjadipasien Covid maka peran dia sebagai suami akan terganggu, sebagai angota masyarakat terganggu misalnyakarena adanya pengucilan dari masyarakat atau perlakuan perlakuan lain yang buruk dari masayarakat. Makasang pasien tadi megalami depresi yang hebat seolah dunia ini sudah berakhir dengan menderita Covid -19.Sehingga si pasien tadi nekad melakukan perbuatan bunuh diri agar terbebas dari tekanan hidup (Frsutasi/depresi).

Perlu Solidaritas Masyarakat

Depresi Sosial yang dialami masyarakat sekarang ini terutama dengan adanya pandemi Covid-19 ini makadibutuhkan peran masyarakat secara aktif. Karena tanpa solidaritas masyarakat , orang-orang yang mengalamidepresi akibat tekanan hidup yang dalam akan mudah mengambil jalan pintas yang mereka pikir bisamenyeleaiakan semua persoalan yang mereka hadapi. Solidaritas masyarakat ini bisa diwujudkan misalnyadengan memberikan dukungan moril dengan memberikan semangat dan motivasi untuk tetap semangat terutamadengan orang-orang yang mengalami depresi yang sangat dasyat seperti misalnya terpapar Covid-19 ataukehilangan pekerjaan / kena PHK. Kedua berupa bantuan material seperti memberikan bantuan berupa makananatau sembako bagi orang yang menjalankan isolasi diri, atau memberikan bantuan quota internet bagi anak -anakdari keluarga yang kurang mampu.

Bentu-bentuk solidaritas seperti itulah yang diperlukan oleh orang yang terkena depresi sosial akibat PandemiCovid-19 ini. Apabila masyarakat memperlakukan mereka sebaliknya misalnya dengan mengucilkan, memberi stigma bahkan acuh tak acuh atau menjauhi mereka maka mereka yang terkena danpak dari pandemi Covid-19 iniakan semakin mersa terasing dan tertekan kehidupannya.

Sebagai penutup marilah kita memberikan dukungan kepada masyarakat yang terkena dampak adanya Covid–19ini sperti dari individu yang terpapar Covid-19, terkena PHK, murid yang tidak bisa belajar karena tidak gawaiatau tidak ada quota internet. Sehingga mereka dapat melalui ujian ini dengan lancar sampai ditemukannya virusuntuk mencegah pandemi Covid 19 ini. Akhirnya diharapkan dimasyarakat tidak ada lagi yang melakukan bunuhdiri akibat depresi yang demikian dalam dan hebat akibat Pandemi Covid 19 ini. Semoga!

———– *** ———–

*Artkel Ini pernah dimuat di  harian Bhirawa 

,

Tidak ada komentar: